Foto Siti Ainun sedang memberikan parenting. (Dokumen Sekolah Akhlaq)
Sekolah Akhlaq SMP Muhammadiyah 9 Surabaya mengadakan kegiatan sosialisasi program sekolah sekaligus parenting. Sabtu (9/9/23) ratusan peserta mulai dari wali peserta didik, seluruh peserta didik, ustad-ustazah sekolah akhlaq memadati gedung At-Tauhid Tower UMSurabaya.
Tujuan diadakannya kegiatan ini tak lain untuk memberikan informasi terkait kegiatan yang dilakukan di sekolah akhlaq selama satu tahun kedepan kepada wali peserta didik, khususnya kelas VII. Sehingga dapat terjalin komunikasi serta dukungan yang baik satu sama lain.
Kegiatan diawali dengan pemaparan program unggulan yang ada di sekolah akhlaq. Program rutinan yang selalu dilaksanakan itu meliputi murojaah pagi dan sholat dhuha, environment learning, sosial learning, jumat berbagi berkah, kelas komunitas, terbaru yang merupakan implementasi sekolah penggerak dan kurikulum merdeka yakni P5. Disampaikan langsung oleh Ustad Novi selaku kepala sekolah, suasana menjadi tidak bosan karena diselingi candaan dengan logat khas beliau.
Selain program diatas, tidak lupa program kelas tahfidzul qur’an dan boarding school yang baru dirintis di sekolah akhlaq juga dipaparkan. Karena masih seumur jagung sekolah berharap kedepan program yang nantinya juga menjadi keunggulan sekolah bisa berkembang dengan baik.
“Sebaik apapun program sekolah yang sudah disusun jika itu tidak laksanakan ya percuma, jadi saya berharap panjenengan semua ayah bunda bisa mendukung agar bisa berjalan sesuai harapan kita semua”, jelas Ustad Novi diakhir presentasinya.
Kegiatan selanjutnya sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan interaksi dan komunikasi positif antara orang tua dan sekolah, SMP Muhammadiyah 9 juga melaksanakan parenting untuk kali kedua.
Mengangkat tema ‘Mencegah Tumbuhnya Generasi Rapuh diusia Puber dalam Menghadapi Kurikulum Merdeka’, materi langsung disampaikan oleh Ibu Siti Ainun, S.Psi. Dalam penjelasannya beliau memberikan beberapa poin penting bagaimana menghadapi anak di masa puber. Terutama agar anak menjadi generasi tangguh bukan menjadi generasi strawberry.
Pertama, orang tua harus mengerti perasaan anak tanpa harus memanjakannya.
Kedua, menanamkan dan melatih anak mandiri sedari kecil agar ketika beranjak dewasa tidak selalu bergantung dengan orang tua.
Ketiga, tidak memaksakan keinginan orang tua kepada anak terutama perihal pilihan masa depannya. Orang tua bisa menjadi teman sharing diskusi dan mendukung apa yang diinginkan jika memang itu baik untuk anak.
Terakhir, yang paling utama bahwa sebelum menjadikan anak baik orang tua sebagai role model juga harus berusaha menjadi teladan yang baik juga.
Hal tersebut mendapat respon positif dari orang tua selaku audiance. Beberapa memberikan pertanyaan atau bahkan berkeluh kesah tentang apa yang dirasakan dalam mendidik anaknya selama ini kepada pemateri.
‘Dari kegiatan parenting kali ini saya mendapat banyak ilmu bahwa dalam mendidik anak harus penuh dengan kehati-hatian. Harus mau membuka hati untuk merubah diri menjadi orang tua yang lebih baik lagi’, ujar Ibu Esti salah satu wali peserta didik kelas VII.
Diakhir, Ibu Ainun menutup sesi parenting dengan pesan yang disampaikan untuk sekolah (orang tua di sekolah) dan orang tua (di rumah).
‘Sinkronasi antara sekolah dan orang tua itu penting agar dapat membentuk generasi yang tangguh. Mendidik anak tidak boleh dengan porsi berlebih harus sesuai dan tepat’, pungkasnya. (Risalatin N.)