Penerapan kurikulum merdeka di Sekolah Akhlaq sudah berjalan dua tahun. Selama itu pula ustad-ustazah dituntut untuk selalu belajar mengenai kurikulum yang berpusat pada peserta didik itu. Untuk menunjang hal tersebut pada Kamis-Jum’at (21-22/12/23), kurikulum sekolah akhlaq memfasilitasi ustad/ustazah dengan kegiatan workshop upgrading diri.
Pada kesempatan itu turut diundang Bapak Drs.Bunyani sebagai pembicara mengenai penyegaran kurikulum merdeka serta pembuatan modul ajar. Dalam penjelasannya beliau mengulas bahwa kurikulum merdeka yang sekarang diimplementasikan pada pendidikan bertujuan untuk mengasah bakat minat peserta didik. Materi dalam pembelajaran yang diterapkan pun juga harus esensial dan relevan mendalam.
“Kurikulum ini dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Sehingga anak-anak yang menjadi pusat lebih besar keterlibatannya daripada kehendak guru”, ujar Guru Inti Muhammadiyah itu.
“Dalam memahami kurikulum merdeka ada alurnya yang pertama bapak ibu harus memahami garis besarnya, memahami pembelajaran dan asesmennya, memahami pengembangan KSOP, dan memahami pengembangan P5”, imbuh Pak Bun sapaan akrab beliau sehari-hari.
Selain pemaparan perihal kurikulum merdeka, kegiatan upgrading guru ini juga membahas disiplin positif. Dalam hal ini disampaikan oleh ustazah Rita dan ustazah Devie selaku komite pembelajaran sekolah penggerak.
Menurut ustazah Devie disiplin positif penting didiseminasikan karena berkaitan dengan kurikulum merdeka. Disiplin positif mengajak peserta didik untuk membuat aturan yang nantinya akan dilakukan dan dipatuhi oleh mereka sendiri. Sehingga peserta didik mampu melakukan segala sesuatu dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab sebagai bentuk penghargaan terhadap diri sendiri.
“Sesuai kurikulum merdeka dimana pembelajaran berpusat pada pesdik, disiplin positif disini mengajak peserta didik untuk membuat aturan untuk diri mereka sendiri. Dibuat sendiri, dijalankan sendiri, konsekuensi juga dari diri sendiri. Sehingga mereka akan belajar bertanggung jawab dengan apa yang sudah dibuat sendiri”, jelas ustzah Devie.
Banyak insight baru yang didapatkan dari kegiatan upgrading yang bertempat di ruang CBT Sekolah Akhlaq SMP Muhammadiyah 9 Surabaya. Salah satunya bahwa hakikatnya kurikulum pada pendidikan di Indonesia ini tidak berganti-ganti namun berkembang menyesuaikan keadaan zaman.
“Awalnya mikir kok digonta ganti tapi kembali lagi bahwa zaman berbeda tidak bisa disamakan dengan dulu. Perubahan ini justru membuat guru belajar bagaimana menjadi fasilitator yang baik, membuat pembelajaran yang relevan dengan kehidupan serta melibatkan penuh peserta didik dalam setaip prosesnya”, ungkap salah satu ustazah yang tidak ingin disebutkan namanya.
Meskipun kegiatan ini berlangsung selama dua hari dengan durasi waktu pagi hingga sore namun ustad ustazah tidak terlihat lelah. Sebaliknya, semangat menimba ilmu baru terlihat dari antusias bertanya, berdiskusi dan menyelesaikan tugas yang diberikan termasuk pembuatan modul ajar hingga selesai. (Risalatin N.)